Friday, December 5, 2014

Industry Photography 2014

From Landscape
Pekerjaan saya kali ini yaitu mengawasi dan melakukan pengamatan lapisan sedimen yang mengandung minyak bumi di anjungan pemboran di lepas pantai Semenanjung Malaysia. Pemboran sumur minyak ini merupakan hal penting bagi perusahaan tempat saya bekerja, karena pemboran ini bertujujan mengetahui adanya kandungan minyak di reservoir bagian sisi lain. Bahkan platform tempat menyedot minyak dari dalam bumi sudah dipasang dan sedang disiapkan. Kali ini, saya diminta untuk mengambil gambar platform ini, dimana saat ini anjungan pemboran tempat saya bekerja sudah "menempel" disisi platform. Anjungan pemboran ini, kali ini bertugas untuk melakukan pemboran beberapa lubang sumur horizontal. Saat saya bertemu kepala ahli pemboran perusahaan ini di kapal angkut, dia menanyakan apakah saya membawa kamera digital saya, saya mengatakan maaf, kalau saya tidak membawanya kali ini.
From Landscape
Akhirnya, setelah saya bekerja mempersiapkan salah satu sumur minyak yang akan dibor, maka saya dipersilahkan untuk menggunakan kamera saku Nikon Coolpix S3600 dan salah satu kapal untuk mengambil beberapa gambar mengelilingi anjungan pemboran. Saya katakan kepada Kapten Kapal untuk bergerak ke arah barat anjungan pemboran, dengan harapan foto yang saya ambil tidak "melawan" sinar matahari. Bagi saya, beberapa hasil bidikan tersebut tidak lah mengecewakan.
From Landscape
Setelah menyunting beberapa bidikan di Macbook Air, saya kirim hasil akhirnya kepada semua pihak perusahaan yang tertarik dan membutuhkan. Itulah sekelumit pengalaman saya yang bekerja selain sebagai ahli geologi di anjungan pemboran minyak, sekaligus sebagai fotografer amatiran.

Semoga bermanfaat,
Sad Agus
Semenanjung Malaysia
2 December 2014

Thursday, July 10, 2014

Kembali bekerja di Malaysia

From Photo_2014
Foto diatas adalah hasil jepretan dari telpon genggam iPhone4 rekan saya, saat kami bekerja bersama di anjungan pemboran West Prospero, lepas pantai timur Semenanjung Malaysia.
From Photo_2014
Pertengahan tahun 2014, saya harus kembali mengambil kesempatan kerja di Malaysia. Salah satu perusahaan minyak Eropa terkemuka, melaksanakan program pemboran di lapangan minyak pantai timur Semenanjung Malaysia. Rencana pemboran kali ini akan menggali lebih kurang 16 sumur dalam program satu tahun lebih, sehingga saya harus siap untuk menjalani tugas sebagai Wellsite Geologist di anjungan pemboran.
From Photo_2014
Dimulai dengan sumur eksplorasi pertama yang cukup terbilang sukses, dengan menembus beberapa formasi batuan, termasuk lapisan reservoir, mengambil contoh inti batuan (core), melakukan rangkaian pengukuran log listrik (wireline logging). Jadwal kali ini, saya bekerja selama tiga minggu. Dimulai dari pemboran bagian atas dan bagian reservoir hidrokarbon. Beruntung, saya dapat pulang sebelum hari lebaran. Puasa di bulan ramadhan di anjungan pemboran, kali ini terasa biasa dan tidak berat; karena saya ditemani oleh rekan senior saya, Toni Juritno.
From Photo_2014
Foto dalam halaman ini adalah hasil jepretan saya yang saya ambil dari anjungan pemboran dengan meminjam kamera digital dari perusahaan, yaitu Nikon Coolpix S3600. Kamera saku ini menghasilkan gambar-gambar yang cukup "lumayan" bagus; tentu saja setelah disunting dengan Adobe Photoshop.

Salam "TETAP SEMANGAT",
Sad Agus
Wellsite Geologist Consultant
Terengganu Offshore, Malaysia July, 2014

Wednesday, June 18, 2014

Pantai Timur Malaysia

From Photo_2014
Saya dan rekan kerja saya - Toni melakukan kunjungan kerja ke Malaysia minggu lalu. Kunjungan kali ini adalah menghadiri HSE & Leadership workshop yang diadakan di Awana Hotel, Kijal, yang berlokasi di Pesisir Pantai Timur Malaysia. Perjalanan dari Jogja terasa panjang dan melelahkan, karena kami harus transit dua kali di Jakarta dan di Kuala Lumpur, pada dasarnya berangkat pagi dan datang malam. Dua hari workshop di kawasan hotel ini, bagi kami berdua sedikit membosankan maka pada hari pertama workshop, kami berjalan menyusuri pantai dibelakang hotel ini. Saya menyempatkan untuk mengambil beberapa jepret foto di pantai ini, kebetulan hari mulai mendung dan di sisi timur, muncul pelangi - tentu hal ini mengejutkan saya, gimana cara membidik pelangi, padahal baru minggu lalu saya membaca artikel tentang bagaimana membidik pelangi. Untung saja, lensa 24-70mm f/2.8 saya sudah terpasang filter CPL (Circular Polarizer), sebelum membidik saya coba memutar filter ini sampai maksimum agar warna pelangi terlihat lebih dalam warnanya, memang terlihat jelas perbedaan jika kita membidik tanpa polarizer.
From Photo_2014
Matahari sudah mulai condong ke barat, saat saya dan mas Toni harus kembali ke Hotel untuk makan malam bersama para anggota peserta workshop yang lain, melalui lapangan golf, saya mengambil beberapa bidikan di padang rumput golf ini, yang saat itu sedang disiram.
From Photo_2014
Mulai perjalanan dari Kuala Lumpur sampai pesisir pantai timur Malaysia ini, saya menyempatkan untuk merekam koordinat dan tracking dengan Garmin GPS dan saya coba untuk melihat track perjalanan tersebut diatas peta, bisa dilihat link dibawah ini:
Awana Journey 2014

Semoga bermanfaat,
Sad Agus & Toni Juritno
Wellsite Geologist Consultant

Monday, May 26, 2014

Garmin GPSmap 62s


From Photo_2014
Saya belum pernah menggunakan alat GPS (Global Positioning System), walaupun saya sudah ingin memiliki sejak dua tahun lalu dan baru saja saya bisa membelinya beberapa hari lalu di toko peralatan geologi di Jl. Kaliurang KM 8.5, Yogyakarta yaitu toko geologist. Toko ini menyediakan dari teodolite, kompas geologi, palu geologi, loupe dan peralatan geologi lapangan lainnya. Tentu saja saya senang melihat semua peralatan itu. Informasi ini toko ini saya dapatkan dari anak saya yang kebetulan sedang kuliah di Fakultas Geologi, salah satu Universitas di Yogyakarta.
From Photo_2014
Alasan saya memiliki GPS adalah karena anak saya membutuhkan untuk Kuliah Lapangan Geologi di Karangsambung di akhir tahun ini, lagipula saya sering hunting fotografi ke daerah-daerah pelosok diluar kota; jadi saya pikir alat ini banyak bermanfaat buat saya. Yang saya pilih adalah Garmin GPSmap 62s, karena tipe GPS ini sederhana dan sudah lebih dari cukup bagi keperluan saya. Setelah membuka box baru alat ini, saya membaca buku petunjuk terlebih dahulu, lalu membuka menu dan interface alat ini; cukup mudah dan memang perlu mencari-cari istilah GPS di internet. Satu hal lagi, yaitu bagaimana GPS ini dapat terhubung ke komputer. Software bawaan dari Garmin GPS ini adalah Basecamp, Mapinstall dan Map Manager; semua perangkat lunak ini dapat di download gratis lewat internet, mereka adalah:
Sebetulnya didalam memory alat ini sudah terpasang soft copy dari perangkat lunak, buku petunjuk dan peta dasar; sehingga pemilik nya bisa langsung menggunakan. Setelah cukup familiar dan belajar beberapa jam GPS ini maka saya coba menggunakan dan memanfaatkan alat ini dengan merencanakan perjalanan (route plan) di komputer dengan menggunakan Basecamp for Mac, setelah itu saya mentransfer rencana perjalanan itu ke GPS. Keesokan nya, saya langsung bisa mengeksekusi rencana perjalanan ini, dan secara otomatis Garmin GPS ini akan memberikan peringatan bunyi "beep" dan menunjukkan arah kemana yang akan kita tuju setiap kali kita menjumpai persimpangan atau titik perjalanan (waypoint) yang sudah kita buat dalam (route plan). Saya tidak akan banyak membahas bagaimana cara memakai GPS ini, tapi saya lebih tertarik berbagi tentang manfaat yang diberikan alat ini. Fitur lainnya adalah GPS ini mempunyai kompas digital, log tracking, slot memory micro SD card, 1.6 GB internal memory, body dan LCD terlihat tangguh dan kuat, antar muka menu yang mudah. Sumber tenaga batere ukuran AA sehingga mudah mendapatkan jika habis. Kembali dalam mencoba GPS ini, saya melakukan perjalanan ke Waduk Sermo, melalui jalur Wates, terus ke arah utara, memasuki perbukitan Kulonprogo, sampai mencapai desa Tosari, Samigaluh, dan menuju ke arah timur kembali ke rumah melalui desa Nanggulan dan Godean. Route perjalanan saya tersebut bisa dilihat di link ini: Kulonprogo Adventure Di Waduk Sermo, saya membuat beberapa bidikan foto dan di salah satu sungai di perbukitan Menoreh.
From Photo_2014
From Photo_2014
Saat ini, saya sedang mencari lokasi koordinat untuk obyek hunting foto disekitar kota Yogyakarta dan cara "geotagging" foto. Yang terpenting saya tidak perlu takut lagi kesasar…!


Tetap semangat…!
Sad Agus
Garmin GPSmap 62s user

Saturday, September 28, 2013

Dasar Penggunaan Log dalam Analisa Fasies

Blog ini saya tulis saat saya masih menikmati "days off" (waktu libur) saya, ditengah-tengah sayup-sayup musik dangdut sekitar dari tayangan layar tancep di kampung sebelah. Sementara itu, saya menyadari akan seringnya saya lupa akan dasar-dasar yang perlu saya pahami untuk analisa fasies. Kata-kata "analisa fasies", "interpretasi lingkungan pengendapan" dan "log motif" sering menakuti saya karena terdengar seperti sangat sulit dan jelimet. Maka saya coba baca-baca buku geologi dan laporan-laporan dari beberapa pekerjaan "Formation Evaluation Log" yang pernah saya buat. Baiklah saya mulai saja ya…
From Picasa blog
Apabila kita meneliti stratigrafi atau urutan vertikal dari umur-sumur pemboran, baik itu lithostratigrafi ataupun biostratigrafi yang dapat dikorelasikan; maka log dari sumur-sumur tersebut dapat digunakan untuk menentukan fasies dan interpretasi lingkungan pengendapan dari suatu batuan reservoir, meliputi Perkirakan bentuk geometri dan orientasi nya. Dari beberapa studi lingkungan pengendapan modern yang ada memperlihatkan adanya ciri-khas tertentu dari ukuran butir profil vertikal; sebagai contoh jika endapan channel seringkali menghalus keatas (fining upward), mulai dari bawah dengan endapan "basal" konglomerat menerus keatas menjadi pasir, lanau dan lempung. Sebaliknya, delta progradasi dan endapan "barrier island" sering-kali menunjukkan profil vertikal yang semakin kasar keatas (coarsening upward). Sehingga dari profil vertikal ukuran butir (grain size profile) dapat digunakan sebagai analisa fasies, yang mana ini dapat dilihat indikasi nya pada log SP dan/atau log Gamma Ray.
Log SP banyak dikontrol oleh sifat permeabelitas suatu batuan, dimana semakin permeabel akan mempunyai defleksi kekiri atau lebih kecil, dengan kata lain semakin permeabel maka ukuran butir semakin besar. Sama halnya juga dengan log Gamma Ray, dimana kandungan mineral lempung (yang kaya unsur radioaktif) dari suatu endapan menunjukkan adanya halusnya ukuran butir. Pengecualian dari hal ini adalah adanya endapan lempung dengan fragmen konglomerat atau hadirnya mineral radioaktif seperti Glauconite, Mica dan Zircon (Rider, 1990).
Bentuk motif log SP dan Gamma Ray, pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk dasar yaitu:

  1. Bell Motif (Motif Lonceng / Bel), yaitu endapan pasir yang menghalus keatas dengan bagian dasar yg tajam.
  2. Funnel Motif (Motif Corong), yaitu endapan pasir yang mengasar keatas dengan bentuk tajam diatas. 
  3. Blocky Motif (Motif blok), yaitu endapan pasir bersih dengan bagian tajam pada batas atas dan bawahnya.

Variasi dari ketiga pola tersebut bisa saja terlihat halus atau kasar dan tidak ada motif log yang baku untuk satu pengendapan tertentu, tapi dengan menggabungkan dari beberapa analisa profil log-log tersebut maka dapat dilakukan interpretasi lingkungan pengendapannya, tentunya dengan memperhatikan kandungan mineral Glauconite, shell debris, carbonaceous material dan mineral mica.
Mineral Glauconite terbentuk selama proses diagenesis awal dari suatu dengapan / sedimen laut dangkal (shallow marine), begitu mereka terbentuk maka akan bersifat stabil pada lingkungan tersebut, tapi dapat juga terbawa ke arah pantai atau kearah kipas-kipas laut dalam (deepsea fans). Bagaimanapun, adanya mineral Glauconite menandakan endapan dari lingkungan laut. Sedangkan shell-shell keras pada suatu endapan menandakan dari lingkungan dari air tawar atau air laut, tapi shell-shell yang berpasir atau berasosiasi pasir cenderung dari lingkungan air laut. Sebetulnya kita dapat lebih jauh meneliti fossil-fossil dari lingkungan laut dengan lebih jelas. Kandungan "carbonaceous" seperti Coal, fragmen tumbuhan dan kerogen, biasanya berasal dari lingkungan darat ataupun laut, namun begitu kandungan organik yang terawetkan biasanya menandakan pengendapan yang cepat, dengan adanya mineral-mineral "reworked" dan tanda-tanda oksidasi. Sama halnya, kehadiran mineral Mica menandakan pengendapan yang cepat baik lingkungan darat maupun lingkungan laut.
Keempat kandungan tersebut (Glauconite, Shell fragmen, Carbonaceous material, dan Mica) biasanya dicatat dalam deskripsi serbuk bor dalam suatu pemboran oleh seorang wellsite geologist. Dengan mempelajari beberapa motif-motif log dengan mempertimbangkan keempat kandungan yang sudah dibicarakan diatas, akan banyak sekali membantu dalam menganalisa dan meperkirakan bentuk geometri dan trend reservoir (Lihat gambar dibawah).

From Picasa blog

Sebetulnya teknik analisa ini diperkenalkan oleh Selley (1976). Idealnya analisa fasies didasarkan pada sedimentologi dan analisa core (inti batuan). Gambar dibawah ini menunjukkan integrasi dari beberapa log dan data batuan, sebetulnya contoh-contoh didalam endapan modern delta Mahakam sudah banyak sekali dipelajari oleh beberapa ahli geologi Indonesia ataupun perusahaan - perusahaan minyak dan gas bumi (Pertamina, Total, Chevron - dulu Unocal, dll).

From Picasa blog

From Picasa blog
Analisa fasies akan semakin mudah dilakukan jika profil ukuran butir digabungkan dengan gambaran struktur sedimen dari alat logging "image". Yang kemudian orientasi struktur sedimen, misalnya cross bedding dapat digunakan untuk menentukan arah arus purba dan tentu saja arah pelamparan lapisan reservoir.

Daftar Pustaka:

  • Elements of Petroleum Geology, Second Edition, (Richard C. Selley, 1998)
  • Geological Applications of Wireline Log (Hurst A, Lovell M, Moreton A C, 1990)


Semoga bermanfaat,
Sad Agus Wellsite Geologist Consultant
(Mendekati usia pensiun).
Akhir September, 2013.